#Pertanian #Industri Pangan #Rantai Pasokan #Pembuatan Keripik Kentang #Ketahanan Tanaman #Inovasi #Pertanian Berkelanjutan #Krisis Pangan Global
Data dari Garis Depan:
Kisah Calbee merupakan cerminan dari gejolak pasokan pangan yang melanda dunia. Krisis pangan global, yang ditandai dengan melonjaknya harga, dipicu oleh serangkaian peristiwa termasuk gangguan rantai pasokan yang disebabkan oleh pandemi, kekeringan yang belum pernah terjadi sebelumnya di Brasil, dan meningkatnya pemanfaatan minyak nabati, gula, dan sereal secara global1. Meletusnya konflik Ukraina pada awal tahun 2022 semakin memperburuk situasi dengan memutus akses terhadap eksportir biji-bijian dan minyak nabati yang penting, yang menyebabkan lonjakan harga pangan yang memecahkan rekor1.
Calbee, yang terkenal dengan keripiknya yang lezat, biasanya memperoleh sekitar 90% pasokan kentangnya dari Jepang, dan sebagian besar bersumber dari Hokkaido1. Namun, kondisi kekeringan yang parah pada tahun 2021 mengurangi hasil kentang domestik masing-masing sebesar 8% dan 14% pada tahun fiskal 2021 dan 2022. Upaya untuk menambah pasokan melalui impor dari Amerika Serikat digagalkan oleh kekurangan kontainer pengiriman global dan bencana alam1. Akibatnya, Calbee harus membatasi promosi penjualan, menanggung biaya pengadaan dan pengiriman yang meningkat, dan mengalami penurunan laba operasional1 sebesar 7%.
Strategi dan Ketahanan Inovatif:
Dalam menghadapi kesulitan, Calbee merancang solusi inovatif untuk memperkuat rantai pasokan kentangnya. Kolaborasi dengan petani di seluruh Jepang bertujuan untuk meningkatkan produksi kentang dalam negeri dari 320,000 ton menjadi 400,000 ton per tahun pada akhir dekade ini1. Perusahaan juga mempertimbangkan untuk mengurangi setengah ketergantungannya pada impor kentang Amerika dan menjajaki pasar alternatif seperti Eropa1. Strategi diversifikasi ini tidak hanya meningkatkan ketahanan pasokan namun juga melindungi terhadap gangguan di masa depan.
CEO perusahaan, Makoto Ehara, menggarisbawahi pentingnya stabilitas cuaca dan perluasan wilayah budidaya di seluruh Jepang1. Pendekatan ini bertujuan untuk memitigasi dampak kelangkaan yang disebabkan oleh cuaca yang sangat mempengaruhi produksi1. Selain itu, investasi Calbee sebesar USD 1 miliar untuk otomatisasi dan ekspansi ke luar negeri menggarisbawahi komitmen teguhnya terhadap pertumbuhan, bahkan dalam menghadapi tantangan pasokan1.
Perjalanan Calbee melewati krisis kekurangan pasokan menawarkan wawasan berharga bagi para petani, ahli agronomi, insinyur pertanian, pemilik pertanian, dan ilmuwan di bidang pertanian. Saat dunia bergulat dengan pola cuaca yang tidak dapat diprediksi dan kerumitan rantai pasokan, kisah Calbee menjadi bukti inovasi, ketahanan, dan kemampuan beradaptasi. Mengatasi badai ini menuntut sikap proaktif, diversifikasi, dan upaya tiada henti untuk mencari solusi berkelanjutan – prinsip-prinsip yang diterapkan di seluruh spektrum pertanian.