#PotatoRugoseStuntingVirus #PotRSV #Budidaya Kentang #Ancaman Pertanian #Torradovirus #Keamanan Pangan Global #Penelitian Pertanian #PenyakitTanaman #Perlindungan Tanaman #Perdagangan Internasional #PenyakitViral yang Muncul
Tahun 1990-an menandai timbulnya penyakit virus misterius pada kentang yang dibudidayakan di Peru Selatan, yang diidentifikasi sebagai Potato Rugose Stunting Disease (PRSD). Penyakit ini menunjukkan gejala yang parah, termasuk mosaik daun, deformasi, dan pertumbuhan kerdil pada tanaman kentang yang terinfeksi (EPPO RS 2006/237). Pada saat itu, agen penyebabnya adalah virus isometrik misterius yang diberi kode sementara SB26/29, yang ditemukan pada kentang di Belanda dan Amerika Serikat.
SB26/29 menimbulkan kekhawatiran dan dikategorikan sebagai hama karantina potensial untuk Uni Eropa oleh Otoritas Keamanan Pangan Eropa (EFSA). Namun, penyakit ini belum terdaftar secara resmi dalam daftar karantina UE.
Penelitian terbaru memberikan pencerahan baru mengenai ancaman virus ini, dengan mengungkap identitasnya sebagai anggota genus Torradovirus. Virus ini kini secara resmi diakui sebagai spesies baru, yang sementara diberi nama Potato Rugose Stunting Virus (PotRSV).
Data Terbaru:
Saat ini, komunitas pertanian global menghadapi peningkatan risiko PotRSV yang mempengaruhi tanaman kentang. Kasus virus ini telah dilaporkan di berbagai wilayah, sehingga memerlukan pemantauan yang cermat dan tindakan pencegahan.
Studi menunjukkan bahwa PotRSV tidak hanya menimbulkan ancaman langsung terhadap budidaya kentang tetapi juga mempunyai implikasi terhadap perdagangan internasional. Petani, ahli agronomi, dan insinyur pertanian didesak untuk terus mengetahui perkembangan terkini dalam penelitian PotRSV untuk menerapkan langkah-langkah pengendalian yang efektif.
Virus Potato Rugose Stunting semakin menjadi perhatian para petani dan pemangku kepentingan di bidang ini pertanian sektor. Identifikasi PotRSV sebagai spesies baru dalam genus Torradovirus menekankan perlunya upaya terkoordinasi untuk mengurangi dampaknya. Deteksi dini, tindakan karantina yang ketat, dan penelitian kolaboratif sangat penting untuk menjaga tanaman kentang dan memastikan keamanan pangan global.