Kentang, yang seringkali diabaikan dalam daftar komoditas pertanian global, kini semakin menonjol sebagai pemain penting dalam menjamin ketahanan pangan di masa depan. Dalam laporan Demeter Club baru-baru ini, yang ditulis oleh pakar pertanian Diane Mordacq, pertanyaan apakah kentang dapat memberi makan secara berkelanjutan populasi global yang terus bertambah mengemuka.
Sebagai produk pertanian ketiga yang paling banyak dikonsumsi di seluruh dunia, setelah beras dan gandum, manfaat kentang dalam mengatasi kelaparan tidak bisa dipungkiri lagi. Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) memperkirakan produksi kentang akan meningkat hampir dua kali lipat pada tahun 2050, mencapai sekitar 750 juta ton, tampaknya kentang memiliki potensi yang besar. Namun, seperti halnya usaha pertanian lainnya, terdapat kompleksitas dan tantangan yang harus diatasi.
Salah satu kekhawatiran utama yang disoroti dalam laporan ini adalah keberlanjutan produksi kentang. Meskipun kentang menawarkan manfaat nutrisi, terutama di daerah yang mengkonsumsinya dalam keadaan segar, maraknya produk kentang olahan seperti kentang goreng dan keripik menimbulkan masalah pangan. Diane Mordacq menekankan pentingnya mempertimbangkan implikasi kesehatan dari perubahan pola konsumsi, dan memperingatkan terhadap transisi dari kekurangan gizi ke kelebihan gizi pada populasi tertentu.
Selain itu, peningkatan produksi kentang juga berdampak pada lingkungan. Memperluas areal budidaya dan hasil panen dapat mengubah struktur tanah dan kandungan unsur hara, sehingga berpotensi membahayakan keberlanjutan pertanian jangka panjang. Laporan ini menggarisbawahi perlunya mempertahankan praktik rotasi tanaman untuk mengurangi dampak buruk ini.
Meskipun merupakan tanaman pokok di banyak wilayah, kentang menghadapi tantangan logistik dalam perdagangan global. Meskipun industri pengolahan utama terkonsentrasi di Amerika Utara dan Eropa Barat Laut, memastikan pasokan kentang mentah yang konsisten masih menjadi tantangan. Hal ini menjadi semakin penting karena perubahan iklim mengancam hasil panen, sehingga mendorong evaluasi ulang peran kentang di bidang pertanian di masa depan.
Kesimpulannya, meskipun kentang menjanjikan sebagai sumber nutrisi dan makanan yang dapat diandalkan, masa depan kentang bergantung pada upaya mengatasi tantangan utama keberlanjutan, kesehatan, dan logistik rantai pasokan. Seiring dengan berkembangnya praktik pertanian dan perubahan permintaan global, memahami kompleksitas seputar budidaya dan konsumsi kentang akan sangat penting dalam menjamin ketahanan pangan untuk generasi mendatang.