#Harga Kentang #Ekonomi Pertanian #Manajemen Tanaman #Pertanian Berkelanjutan #Petani #Harga Kontrak #Industri Kentang
Serikat Petani Tani Belanda baru-baru ini mengungkapkan temuannya, yang menunjukkan adanya kebutuhan mendesak untuk kenaikan harga kontrak sebesar 10% untuk panen kentang tahun 2024. Kelompok Kerja NAV untuk Kentang Konsumsi (WCA) telah menghitung dengan cermat perkiraan harga biaya, dengan mempertimbangkan berbagai faktor yang berdampak pada petani.
Berdasarkan perhitungan harga biaya tahunan WCA sejak tahun 2010, biaya panen tahun 2024 sedikit lebih tinggi dibandingkan musim sebelumnya. Khususnya, tenaga kerja, biaya lahan, dan perlindungan tanaman mengalami peningkatan Pupuk, biaya listrik dan bahan bakar mengalami penurunan. Harga biaya yang diharapkan untuk tanah liat adalah 18.8 sen/kg (lapangan) dan 24.2 sen/kg (gudang). Untuk tanah berpasir, harganya 15.5 sen/kg (ladang) dan 20.2 sen/kg (gudang).
Premi risiko sebesar 15%, yang penting untuk mengkompensasi risiko petani dalam mencapai hasil yang diinginkan, menjadikan harga menjadi 21.6 sen/kg (tanah liat, ladang), 27.8 sen/kg (tanah liat, gudang), 17.8 sen/kg (pasir, lapangan), dan 23.3 sen/kg (pasir, gudang). Premi ini menjadi semakin penting dalam menghadapi kondisi cuaca yang semakin ekstrem dan hilangnya produk perlindungan tanaman.
Organisasi Produsen Kentang Konsumsi, menyadari tantangan ini, telah mengembangkan Alat Kontrak untuk membandingkan harga kontrak dari pembeli yang berbeda. Alat tersebut menunjukkan bahwa, untuk panen tahun 2023, harga kontrak rata-rata adalah 18.5 sen/kg (akhir September) dan 24.5 sen/kg (akhir Maret). Oleh karena itu, tuntutan yang mendesak adalah kenaikan harga kontrak sebesar 10% pada panen tahun 2024 untuk memastikan budidaya kentang dapat menutupi biaya dan ketahanan petani kentang di masa depan.
Data tersebut menunjukkan saat yang kritis bagi para petani kentang, yang memerlukan respons proaktif untuk mengatasi kenaikan biaya dan ketidakpastian dalam industri ini. Kenaikan harga kontrak sebesar 10% merupakan langkah strategis untuk mempertahankan vitalitas budidaya kentang. Para petani, pemangku kepentingan industri, dan pembuat kebijakan harus berkolaborasi untuk mengatasi tantangan-tantangan ini dan mengamankan masa depan pertanian kentang.