Ethiopia telah memberikan lampu hijau untuk melakukan uji coba observasi lapangan untuk kentang yang dimodifikasi secara genetik yang dikatakan tahan terhadap penyakit busuk daun, sebuah langkah yang dilihat sebagai tanda lebih lanjut dari semakin berkembangnya teknologi modifikasi genetik yang kontroversial di negara itu.
Persetujuan oleh Otoritas Perlindungan Lingkungan Ethiopia beberapa minggu yang lalu memberikan izin kepada Institut Penelitian Pertanian Ethiopia (EIAR) untuk menanam kentang di area pertanian percobaan terbatas.
Rencana deregulasi Ethiopia seputar tanaman transgenik berfokus pada penyuntingan gen, sejenis modifikasi genetik yang sangat dibatasi di negara-negara Uni Eropa. Namun, proyek kentang GM telah didorong di Afrika oleh Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID) dan Pusat Kentang Internasional (CIP). CIP merupakan pusat penelitian di dalam Consultative Group on International Agricultural Research (CGIAR), yang dinyatakan bekerja untuk membantu negara-negara Afrika, antara lain, mengembangkan kentang GM. Ethiopia, Uganda, dan Rwanda telah bergabung dengan CIP sebagai anggota.
Kentang yang dimodifikasi secara genetik yang tahan terhadap penyakit busuk daun dikembangkan oleh kelompok bahan kimia Jerman BASF. Penyakit ini menyebabkan kelaparan di Irlandia selama abad ke-19 dan masih menyebabkan sekitar 20 persen kerugian panen kentang di dunia, kata perusahaan itu.
Dengan perkembangan terakhir, kentang telah menjadi produk transgenik konsumsi ketiga yang diizinkan di Ethiopia untuk produksi komersial. Sejauh ini, izin telah diberikan untuk jagung dan Enset (pisang palsu), untuk kapas Bt.
Tanaman rekayasa genetika menyebabkan perdebatan publik yang panas, dengan beberapa mempertanyakan solusi ajaib mereka untuk masalah keamanan pangan.
Sumber: https://www.ethiopiaobserver.com