Kentang merupakan makanan pokok dunia, menempati peringkat ketiga sebagai tanaman pangan terpenting setelah beras dan gandum. Menurut Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), kentang dibudidayakan di seluruh negara 140, meliputi 16.5 juta hektar Dan memproduksi 359 juta ton per tahunNamun, meskipun ada keseragaman genetik, hasil panennya sangat bervariasi—bahkan di lahan yang sama.
Selama beberapa dekade, para ilmuwan menduga bahwa komunitas mikroba pada benih kentang memainkan peran penting dalam perbedaan hasil ini. Beberapa mikroba meningkatkan pertumbuhan, sementara yang lain menghambatnya. Sekarang, Studi 2024 dipublikasikan di Mikrobiologi alam oleh peneliti dari Universitas Utrecht dan Universitas Teknologi Delft telah mengkonfirmasi teori ini—menggunakan Teknologi AI dan drone untuk memprediksi kinerja kentang berdasarkan DNA mikroba.
Bagaimana AI Menguraikan Rahasia Mikroba untuk Hasil yang Lebih Baik
Tim peneliti menganalisis ribuan sampel benih kentang dari 240 bidang uji di Belanda, mengurutkan DNA bakteri dan jamur yang ada pada setiap umbi. Secara bersamaan, drone memantau pertumbuhan tanaman, menangkap gambar beresolusi tinggi untuk melacak kesehatan dan perkembangan.
Dengan memasukkan data ini ke dalam Model AI, para ilmuwan mengidentifikasi mikroba utama yang memengaruhi pertumbuhan. Misalnya:
- Bakteri menguntungkan (misalnya, streptomyces) dikaitkan dengan perkembangan tanaman yang lebih kuat.
- Jamur berbahaya berhubungan dengan pertumbuhan terhambat.
Lagu Yang, penulis utama studi tersebut, menjelaskan: “AI membantu kami menentukan mikroba mana yang paling baik memprediksi pertumbuhan kentang, sehingga kami dapat menilai kualitas benih sebelum menanamnya.”
Lebih dari Sekadar Hasil: Keberlanjutan dan Penghematan Biaya
Terobosan ini bukan hanya tentang hasil yang lebih tinggi—ini adalah sebuah langkah menuju pertanian berkelanjutan:
- Mengurangi penggunaan bahan kimia: Petani dapat memilih benih dengan mikroba optimal, meminimalkan ketergantungan pada pupuk dan pestisida sintetis.
- Ketahanan iklim: Tanaman yang lebih sehat lebih mampu menahan stres seperti kekeringan dan penyakit.
- Manfaat ekonomi: Biaya input yang lebih rendah dan lebih sedikit gagal panen meningkatkan profitabilitas.
A 2023 belajar di Frontiers dalam Ilmu Tanaman menemukan bahwa inokulan mikroba (seperti streptomyces) bisa mengurangi kebutuhan pupuk sebesar 25–50%, memperkuat potensi pendekatan ini.
Masa Depan: Solusi Mikroba yang Disesuaikan untuk Pertanian Global
Tim peneliti berencana untuk memperluas model AI mereka, dengan menggabungkan lebih banyak varietas tanaman, jenis tanah, dan iklimAplikasi masa depan dapat mencakup:
- Pelapis benih mikroba untuk meningkatkan pertumbuhan secara alami.
- Tanaman rekayasa yang menarik mikroba yang bermanfaat.
- Alat pertanian presisi untuk pemantauan lapangan secara waktu nyata.
As Roeland Berendsen, penulis senior studi tersebut, menyatakan: “Kami berada di awal cara revolusioner untuk meningkatkan pertanian melalui mikrobiologi dan AI.”
Perubahan Besar bagi Petani Kentang
Analisis mikroba berbasis AI ini menawarkan pendekatan proaktif dan didukung data untuk pertanian, memungkinkan:
✔ Hasil yang lebih tinggi dan lebih konsisten
✔ Mengurangi ketergantungan bahan kimia
✔ Keberlanjutan yang lebih besar
Bagi petani, langkah selanjutnya adalah tetap terinformasi tentang perkembangan komersial dan jelajahi uji coba inokulan mikrobaDengan mengadopsi inovasi-inovasi ini, pertanian dapat menjadi lebih produktif dan ramah lingkungan.