Seiring dengan perubahan kebiasaan makan global, permintaan kentang diproyeksikan meningkat drastis. Sebuah studi terkini menunjukkan bahwa dunia akan membutuhkan tambahan 40 juta ton kentang pada tahun 2030 untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Lonjakan ini menghadirkan tantangan sekaligus peluang bagi petani, ahli agronomi, dan industri pertanian secara umum.
Perubahan Pola Konsumsi dan Peluang
Menurut Les EchosMeningkatnya konsumsi kentang, khususnya di Asia, merupakan berkah bagi Prancis, eksportir kentang terkemuka di dunia, yang memiliki sekitar 8,500 pemasok. Tren ini begitu signifikan sehingga kentang mulai menggantikan beras di beberapa wilayah karena pengaruh jaringan makanan cepat saji dan perubahan preferensi makanan.
Pada tahun 2023, Prancis memproduksi 6.8 juta ton kentang, menjadikannya produsen terbesar kedua di Eropa, tepat di belakang Jerman. Ekspor kentang Prancis mencapai rekor tertinggi tahun ini, yang merupakan setengah dari total ekspor kentang global. Meskipun kondisi cuaca buruk, seperti hujan lebat di musim semi yang menunda penanaman, penanaman terus berlanjut dengan baik di wilayah Hauts-de-France, yang menyumbang 62% dari produksi kentang Prancis.
Ekonom François-Xavier Broutin dari Komite Profesional Nasional untuk Kentang (CNIPT) tetap optimis, menegaskan bahwa meskipun ada ancaman penyakit seperti penyakit busuk daun, produksi akan memenuhi standar kuantitas dan kualitas. Kentang kurang bergantung pada air dan suhu dibandingkan dengan tanaman lain, yang berkontribusi pada perkiraan hasil panen yang baik.
Memperluas Budidaya dan Investasi
Sektor kentang mengalami kebangkitan, dengan peningkatan 7% pada area tanam, pengecualian terhadap tren penurunan penggunaan lahan pertanian. Didier Lombart, kepala Komite Kentang di Arvalis, lembaga teknis pertanian, melaporkan tambahan 15,000 hektar lahan sedang ditanami musim ini, yang ditujukan untuk meningkatkan ekspor dan memenuhi permintaan produsen.
Namun, negara-negara Eropa lainnya menghadapi tantangan. Tanaman kentang Spanyol menderita kekurangan air, sementara Italia berjuang melawan kerusakan tanaman akibat serangan hama. Menariknya, produsen produk kentang beku—seperti kentang goreng, keripik, dan bubur kentang—yang menguasai lebih dari 50% pasar, berjuang untuk mendapatkan pemasok.
Persaingan dan Investasi Global
Meningkatnya persaingan telah mendorong perusahaan Belgia dan Belanda untuk mendirikan fasilitas pemrosesan di Prancis karena keterbatasan lahan di negara asal mereka. Khususnya, McCain, raksasa global dalam industri kentang, berencana untuk berinvestasi sebesar $350 juta di tiga lokasi baru di Prancis. Strategi investasi ini sejalan dengan kemudahan akses ke pelabuhan, seperti Dunkirk, untuk tujuan ekspor, dan manfaat penggunaan label Prancis pada produk kentang beku mereka, yang menjamin kualitas.
Perusahaan-perusahaan Prancis juga meningkatkan produksi, dengan Altho, produsen keripik terkemuka yang dikenal dengan merek Bret, memperluas kapasitasnya di Brittany. Grup FNB, yang dikenal dengan bubur Mousline, memodernisasi fasilitasnya untuk meningkatkan produktivitas.
Permintaan kentang tambahan sebanyak 40 juta ton pada tahun 2030 menjadi tantangan besar bagi sektor pertanian. Memenuhi permintaan ini memerlukan investasi strategis, praktik budidaya yang inovatif, dan kolaborasi antar pemangku kepentingan. Dengan menghadapi tantangan ini, petani dan produsen dapat memanfaatkan permintaan kentang global yang terus meningkat sekaligus memastikan keberlanjutan dan kualitas produksi.