Pada tahun 2024, Korea Selatan merayakan ulang tahun ke-200 diperkenalkannya kentang. Sejak kedatangannya, kentang telah berkembang menjadi tanaman penting, terutama di daerah yang lebih dingin seperti Provinsi Gangwon, di mana ketahanannya terhadap suhu dingin menjadikannya pengganti yang cocok untuk biji-bijian. Kentang diperbanyak melalui benih kentang, yang memungkinkan pertumbuhan awal yang cepat dibandingkan dengan tanaman yang bereproduksi melalui benih. Namun, salah satu tantangan terbesar dalam pertanian kentang adalah infeksi virus yang mengurangi hasil panen hingga 90%. Untuk mengatasi hal ini, Korea Selatan telah menerapkan sistem pengelolaan benih kentang lima tahap, termasuk budidaya hidroponik untuk perbanyakan awal, yang meningkatkan efisiensi produksi dan pengendalian penyakit.
Pemuliaan dan Varietas Canggih: Dalam beberapa tahun terakhir, permintaan akan varietas kentang yang lebih baik telah meningkat, terutama karena kentang “Sumi” yang dibudidayakan secara luas menghadapi penurunan hasil panen akibat perubahan iklim. Varietas “Golden Ball”, yang dikembangkan oleh Rural Development Administration (RDA), semakin populer karena rasanya yang kaya dan dagingnya yang berwarna kuning, yang tidak mudah berubah warna menjadi cokelat. Sementara itu, varietas seperti “Eunseon” dan “Geumseon” dirancang untuk ditanam pada musim tertentu, sehingga meningkatkan hasil panen di wilayah seperti Jeollanam-do dan Jeollabuk-do.
Ubi Jalar: Nilai Gizi dan Varietas yang Lebih Baik
Meskipun ubi jalar diperkenalkan ke Korea sekitar 60 tahun lebih awal daripada kentang, ubi jalar juga telah mengalami transformasi yang signifikan. Ubi jalar, yang kaya akan vitamin B, C, E, kalium, dan mineral, kini diapresiasi karena rasa dan manfaatnya bagi kesehatan. Khususnya, varietas seperti ubi jalar kastanye berdaging putih, ubi jalar labu berdaging kuning, dan ubi jalar madu hibrida (yang menggabungkan yang terbaik dari keduanya) menawarkan beragam pilihan bagi konsumen.
Sorotan Penelitian: Penelitian terkini menekankan sifat antioksidan ubi jalar, khususnya kandungan senyawa fenolik yang tinggi dalam varietas seperti “Sinjami,” yang dikembangkan oleh Institut Nasional Ilmu Tanaman Pangan. Senyawa ini membantu melawan stres oksidatif, menawarkan manfaat anti-penuaan dan anti-inflamasi. RDA juga difokuskan pada pengembangan varietas lokal yang tahan terhadap penyakit seperti busuk ubi jalar, masalah umum pada varietas asing seperti “Beniharuka” Jepang.
Tren Pasar dan Preferensi Konsumen: Ubi jalar terus tumbuh popularitasnya, terutama varietas yang dibudidayakan di dalam negeri seperti “Sodammi” dan “Tongchaeru,” yang menawarkan rasa dan kemampuan penyimpanan yang lebih unggul dibandingkan varietas impor. Selain itu, varietas seperti “Jinyulmi” memiliki preferensi khusus konsumen untuk ubi jalar rasa kastanye.
Industri kentang dan ubi jalar di Korea mengalami kemajuan signifikan karena peningkatan pembiakan, pengendalian penyakit, dan pengembangan produk yang berorientasi pada konsumen. Karena perubahan iklim menimbulkan tantangan baru, fokus pada varietas yang tangguh dan berproduksi tinggi sangat penting untuk mempertahankan dan memperluas peran tanaman ini dalam lanskap pertanian Korea. Lebih jauh, nilai gizi dan keserbagunaan kedua tanaman ini menempatkannya sebagai komponen penting dari pola makan seimbang, meningkatkan statusnya dari tanaman yang hanya untuk bertahan hidup menjadi makanan pokok yang menyehatkan.