Hanya dalam waktu sepuluh tahun, harga rata-rata sekantong keripik kentang seberat 16 ons telah meningkat dari kurang dari $4.50 menjadi sekitar $6.50, melampaui inflasi untuk banyak barang kebutuhan pokok. Meskipun beberapa faktor berkontribusi terhadap lonjakan ini, termasuk biaya transportasi dan kondisi iklim, tantangan mendasar yang dihadapi oleh petani kentang lebih kompleks dan luas jangkauannya.
Kevin Troyer, seorang petani kentang di Waterford, Pennsylvania, baru-baru ini menyaksikan kedatangan kentang yang baru dipanen di ladangnya. Meskipun kondisi cuaca mendukung musim ini, bercocok tanam kentang di wilayah tersebut menjadi semakin menantang, karena para petani bergulat dengan dampak perubahan iklim. Bagi Troyer, malam yang sejuk merupakan berkah; kentang tumbuh subur pada suhu yang lebih dingin, idealnya sekitar 50 derajat Fahrenheit.
Biaya Transportasi dan Sumber Lokal
Pennsylvania merupakan rumah bagi lebih banyak produsen keripik kentang dibandingkan negara bagian lain, sehingga pengadaan kentang lokal menjadi sangat penting. Pabrik-pabrik lebih memilih untuk membeli dari pertanian terdekat untuk meminimalkan biaya transportasi, yang telah meningkat secara signifikan akibat kenaikan harga bahan bakar. Kedekatan petani dengan fasilitas pemrosesan, seperti pabrik keripik Snyder of Berlin di dekat Pittsburgh, membantu menjaga kesegaran produk dan mengurangi tantangan logistik.
Namun, petani lokal menghadapi kendala karena perubahan iklim mengubah pola cuaca. Menurut Bob Leiby, seorang ahli agronomi di Pennsylvania Cooperative Potato Growers, cuaca yang lebih hangat telah meningkatkan jumlah malam dengan suhu yang tidak menguntungkan bagi pertumbuhan kentang. Pada tahun 1980-an, Erie, Pennsylvania, mengalami sekitar 35 malam dalam setahun dengan suhu yang terlalu panas untuk kentang; saat ini, jumlah tersebut telah meningkat menjadi sekitar 50 malam. Suhu tanah yang terlalu tinggi dapat sangat merusak tanaman kentang, sehingga penting bagi petani untuk beradaptasi dengan kondisi yang berubah-ubah ini.
Beradaptasi dengan Perubahan Iklim
Untuk mempertahankan produksi kentang di wilayah Timur Laut AS, para peneliti berfokus pada pengembangan varietas kentang yang lebih sesuai dengan perubahan iklim di wilayah tersebut. Walter De Jong, seorang peneliti genetika kentang di Universitas Cornell, menekankan perlunya tanaman yang dapat bertahan terhadap suhu yang lebih tinggi dan tahan terhadap penyakit yang diperburuk oleh perubahan iklim.
Sementara negara bagian seperti Idaho dan Washington diuntungkan oleh lahan yang luas dan irigasi yang maju, ketergantungan mereka pada transportasi jarak jauh untuk pengadaan kentang meningkatkan biaya dan jejak karbon. De Jong berpendapat bahwa diperlukan pendekatan yang seimbang, dengan mengadvokasi produksi lokal untuk memastikan ketahanan pangan selama gangguan terkait iklim.
Pada tahun 2011, Universitas Cornell merilis varietas kentang yang dikembangkan oleh De Jong yang membantu petani di Timur Laut menyimpan hasil panen mereka lebih lama, memastikan pasokan yang cukup untuk musim puncak seperti Super Bowl. Inovasi ini tidak hanya mendukung ekonomi lokal tetapi juga mengurangi ketergantungan pada kentang dari luar negara bagian, sehingga mendorong keberlanjutan di wilayah tersebut.
Dampak yang Lebih Luas terhadap Harga Kentang
Meningkatnya biaya keripik kentang bukan hanya cerminan dari meningkatnya biaya produksi, tetapi juga akibat terganggunya rantai pasokan dan perubahan permintaan konsumen. Ketika sektor pertanian bergulat dengan implikasi perubahan iklim, produksi lokal muncul sebagai strategi penting untuk memastikan ketahanan pangan dan menstabilkan harga.
Berinvestasi dalam pertanian lokal dapat menghasilkan sistem pangan yang lebih tangguh dan tidak mudah terpengaruh oleh volatilitas pasar global. Seiring dengan semakin banyaknya masyarakat yang mencari solusi berkelanjutan, nilai produksi kentang lokal menjadi nyata—tidak hanya dalam hal ekonomi, tetapi juga dalam mendorong pasokan pangan yang lebih kuat dan berkelanjutan.
Jalan Maju bagi Petani Kentang
Karena petani seperti Kevin Troyer terus berupaya mengatasi kompleksitas produksi kentang di tengah kenaikan harga dan tantangan iklim, fokus pada sumber lokal dan praktik berkelanjutan menjadi sangat penting. Industri keripik kentang harus beradaptasi dengan perubahan ini untuk memastikan keuntungan dan keamanan di masa mendatang. Dengan berinvestasi dalam penelitian, teknologi, dan praktik pertanian berbasis masyarakat, petani dapat meningkatkan ketahanan terhadap fluktuasi iklim dan mengamankan pasokan yang stabil bagi konsumen.