Lanskap pertanian di wilayah Almaty, Kazakhstan, berubah dengan cepat karena para petani menanggapi tantangan yang ditimbulkan oleh surplus bawang tahun lalu. Selama musim panen saat ini, mereka telah memangkas area penanaman bawang sebanyak empat kali, dan memilih untuk menanam tanaman lain seperti bit gula, jagung, gandum, jelai, dan alfalfa. Keputusan ini sebagian besar dipengaruhi oleh kelebihan pasokan tahun lalu, yang menyebabkan puluhan ribu ton bawang tidak terjual dan membusuk di gudang.
Menurut pemerintah setempat, petani di distrik Shengeldy, salah satu daerah yang paling terdampak, telah mengurangi panen bawang merah mereka menjadi hanya 500 hektar tahun ini, turun dari area yang jauh lebih luas pada musim sebelumnya. Askar Ybyrayymov, kepala departemen pertanian setempat, mencatat bahwa pengurangan signifikan ini diperlukan untuk mencegah terulangnya kerugian tahun sebelumnya ketika harga bawang anjlok karena kelebihan pasokan.
Selama lima tahun terakhir, produksi bawang merah di Kazakhstan meningkat sebesar 25%, mencapai satu juta ton per tahun. Namun, konsumsi dalam negeri hanya sebagian kecil dari itu—sekitar 285,000 ton—yang berarti pasar sudah jenuh. Di Shengeldy saja, 22,000 ton bawang merah masih belum terjual hingga akhir musim semi, yang memaksa petani membuang sebagian besar hasil panennya.
Diversifikasi Tanaman Strategis untuk Menghindari Ketergantungan Pasar
Sebagai respons terhadap krisis ini, banyak petani beralih ke diversifikasi tanaman. Tahun ini, 8,000 hektar lahan pertanian di distrik Shengeldy dimanfaatkan, tetapi hanya sebagian kecil—500 hektar—yang didedikasikan untuk bawang. Petani lebih fokus pada tanaman lain yang diharapkan memberikan hasil yang lebih stabil.
Bauyrzhan Yetekbayev, kepala salah satu pertanian terbesar di wilayah tersebut, mencatat bahwa pertaniannya tidak dapat menjual 500 ton bawang tahun lalu. Ia menyimpan hasil panen hingga bulan Mei, tetapi datangnya suhu yang lebih hangat menyebabkan bawang menjadi busuk, yang mengakibatkan kerugian yang signifikan. Musim ini, pertaniannya telah secara drastis mengurangi penanaman bawang menjadi hanya 20 hektar dan mendapatkan kontrak dengan pengecer dan koperasi pertanian lokal untuk memastikan penjualan hasil panen mereka yang berjumlah 200 ton.
Petani di wilayah tersebut kini menargetkan panen sekitar 22,000 ton bawang musim ini. Rata-rata hasil panen yang diharapkan adalah sekitar 50 ton per hektar, dengan menggunakan varietas bawang Belanda dan Jepang berkualitas tinggi. Meskipun terjadi pengurangan penanaman, petani tetap optimis, dengan mengacu pada perjanjian pasokan yang telah diatur sebelumnya yang akan membantu mencegah surplus yang tidak terjual seperti tahun lalu.
Meningkatnya Biaya dan Menurunnya Harga Pasar
Meskipun petani telah berhasil mencapai kesepakatan dengan pembeli, mereka menghadapi kenaikan biaya produksi, khususnya untuk pengemasan dan tenaga kerja. Harga jaring pengemasan telah meningkat dari 40 menjadi 50 tenge per unit, sementara biaya tenaga kerja untuk menyortir dan mengemas bawang juga meningkat. Pekerja kini dibayar 200 tenge per karung untuk menyortir dan mengemas.
Namun, harga bawang merah di pasar grosir masih rendah, dengan harga jual petani saat ini sekitar 75-80 tenge per kilogram. Karena harga pasar terus menurun, pengelolaan biaya menjadi semakin penting bagi petani yang ingin memperoleh keuntungan.
Diversifikasi sebagai Strategi Stabilitas
Para petani di wilayah Almaty, Kazakhstan, tengah bergerak menuju diversifikasi untuk mengurangi risiko volatilitas pasar. Dengan mengurangi ketergantungan mereka pada satu jenis tanaman dan beralih ke bit gula, gandum, dan tanaman lain, mereka ingin menghindari kehancuran finansial yang disebabkan oleh kelebihan pasokan tahun lalu. Keberhasilan strategi ini sangat bergantung pada pengamanan saluran penjualan yang andal dan pengelolaan biaya input yang meningkat, tetapi para petani tetap berharap bahwa perubahan ini akan menghasilkan hasil yang lebih stabil dan menguntungkan di masa mendatang.