Penyakit busuk daun kentang (Phytophthora infestans) terkenal sebagai penyebab Kelaparan Kentang Irlandia pada tahun 1840-an, namun masih terus menghancurkan tanaman pangan hingga saat ini. Di Kenya, di mana kentang merupakan makanan pokok terpenting kedua setelah jagung, petani kecil kehilangan hingga 60-100% dari hasil panen mereka selama wabah parah (FAO, 2023). Dengan meningkatnya tekanan penyakit akibat perubahan iklim, menemukan solusi berkelanjutan menjadi lebih mendesak dari sebelumnya.
Tingginya Biaya Ketergantungan Fungisida
Meskipun fungisida dapat mengendalikan penyakit busuk daun, penggunaan fungisida secara berlebihan dapat menimbulkan risiko serius. Studi tahun 2022 oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menghubungkan paparan fungisida jangka panjang dengan penyakit pernapasan dan kondisi kulit di kalangan petani. Selain itu, limpasan kimia mencemari tanah dan air, merusak keanekaragaman hayati—terutama penyerbuk yang penting bagi tanaman lain.
Thiago Mendes, seorang pemulia kentang di Pusat Kentang Internasional (CIP), menjelaskan: “Petani menghabiskan hingga 30% dari biaya produksi mereka terhadap fungisida, namun resistensinya semakin meningkat. Kita butuh cara yang lebih baik.”
Kerabat Liar Memegang Kunci Perlawanan
Para ilmuwan CIP telah beralih ke kerabat kentang liar, dikenal karena ketahanan alami terhadap penyakit. Di bawah Proyek Kerabat Liar Tanaman, didanai oleh Norwegia dan dikoordinasikan oleh Kepercayaan Tanaman, para peneliti di Peru berhasil menyilangkan kentang budidaya dengan spesies liar, menghasilkan varietas tahan seperti CIP-Matilde.
Sekarang, Proyek BOLD (Keanekaragaman Hayati untuk Peluang, Mata Pencaharian, dan Pembangunan) mengadaptasi keberhasilan ini ke Afrika Timur. Di dataran tinggi Nakuru di Kenya, tim Thiago menanam ratusan varietas uji, yang memungkinkan penyakit busuk daun menyebar secara alami—tanpa fungisida.
Seleksi yang Dipimpin Petani: Memastikan Adopsi
Para ilmuwan bukan satu-satunya pihak yang memutuskan kentang mana yang layak untuk dikonsumsi. Petani lokal turut berpartisipasi pemilihan varietas partisipatif (PVS), memilih sifat-sifat yang disukai menggunakan kacang-kacangan (wanita) dan biji jagung (pria)Temuan utama meliputi:
- Ukuran umbi campuran (besar untuk dipasarkan, kecil untuk ditanam kembali).
- Batang yang kuat dan dedaunan tahan penyakit.
- Kualitas memasak yang baik (suatu keharusan agar diterima konsumen).
Pendekatan Regional untuk Dampak yang Lebih Luas
CIP sedang memupuk sebuah jaringan pemuliaan regional di seluruh Afrika Timur, memastikan pengetahuan dan varietas tangguh menjangkau lebih banyak petani. “Kolaborasi adalah hal yang penting,” kata Thiago. “Perubahan iklim tidak berhenti di perbatasan, begitu pula solusi kita.”
Masa Depan Berkelanjutan untuk Pertanian Kentang
Pencarian untuk 'wow!' kentang—tahan, berproduksi tinggi, dan disetujui petani—dapat merevolusi industri kentang Afrika Timur. Dengan mengurangi ketergantungan fungisida, varietas baru ini menjanjikan:
✔ Biaya produksi lebih rendah
✔ Ekosistem yang lebih sehat
✔ Peningkatan ketahanan pangan
Dengan uji coba berkelanjutan dan umpan balik dari petani, Kenya mungkin akan segera memiliki kentang yang tidak hanya mampu bertahan dari penyakit busuk daun, tetapi juga tumbuh subur—yang akan menyenangkan para petani dan konsumen.