Pada tahun 2008, industri kentang Selandia Baru dikejutkan oleh kedatangan Tomato Potato Psyllid (TPP), serangga kecil yang menjadi masalah besar. TPP membawa Candidatus Liberibacter solanacearum, bakteri yang menyebabkan penyakit zebra chip pada kentang. Penyakit ini menimbulkan bercak hitam pahit yang tidak sedap dipandang pada umbi, sehingga sangat mengurangi kualitas panen. Pada tahun 2021, panen kentang Canterbury kehilangan 5.7% hasil panennya akibat penyakit zebra chip, sehingga menimbulkan kekhawatiran akan kemungkinan runtuhnya industri.
Perjuangan melawan hama ini membuahkan hasil positif ketika para peneliti Universitas Lincoln, yang dipimpin oleh Associate Professor Clive Kaiser, memulai pendekatan pengelolaan hama yang terarah dan holistik. Kaiser, yang bergabung dengan Universitas Lincoln dari Universitas Negeri Oregon, menerapkan keahliannya selama bertahun-tahun dalam pengelolaan hama terpadu untuk memerangi serangan hama TPP.
Kunci untuk mengendalikan TPP adalah memahami siklus hidup serangga tersebut. Selama lebih dari satu dekade, petani kentang industri telah menyemprotkan pestisida yang menargetkan TPP dewasa. Namun, Kaiser menemukan bahwa serangga dewasa hanya berjumlah 5% dari populasi, sedangkan telur dan nimfa berjumlah 95%. Dengan memfokuskan aplikasi pestisida pada telur dan nimfa, populasi keseluruhan berkurang, dan kebutuhan untuk penyemprotan berlebihan pun berkurang.
Namun, penargetan yang tepat bukanlah satu-satunya strategi yang digunakan Kaiser. Ia juga memperkenalkan agen pengendalian hayati, termasuk serangga bajak laut, serangga bajak laut kecil, dan serangga lacewings Tasman cokelat, yang secara alami memangsa TPP. Serangga bermanfaat ini dilepaskan di tempat-tempat yang rawan, termasuk semak berduri Afrika yang sangat banyak di sepanjang Sungai Rakaia di Canterbury. Dampaknya sangat besar—populasi TPP anjlok, dan jumlah tanaman kentang yang terinfeksi turun hingga kurang dari 0.01%.
Selain tindakan pengendalian alami ini, pendekatan inovatif lainnya melibatkan penggunaan kalsium. Uji coba yang dilakukan bekerja sama dengan Departemen Pertanian Amerika Serikat menunjukkan bahwa tanaman yang diberi kalsium dapat mencegah TPP makan. Serangga menghindari tanaman yang diperkaya kalsium, sehingga mencegah penyebarannya. Liberibakter dan menginfeksi tanaman baru. Meskipun mekanisme pastinya masih belum diketahui, hasilnya menjanjikan, dan uji coba lapangan di Selandia Baru akan dimulai musim ini.
Kalsium menawarkan alternatif yang ramah lingkungan untuk pestisida tradisional. Kalsium bertindak sebagai pencegah alih-alih pestisida, yang dapat secara signifikan mengurangi penggunaan bahan kimia dalam pertanian. Pendekatan ini sejalan dengan tujuan yang lebih luas untuk mengurangi jumlah pestisida yang digunakan pada tanaman, sehingga memangkas biaya bagi petani dan meminimalkan residu kimia dalam makanan.
Meskipun penyakit zebra chip telah berhasil dikendalikan di Canterbury, Kaiser memperingatkan bahwa Liberibakter tidak mungkin dapat diberantas sepenuhnya. Bakteri tersebut belum pernah dibiakkan di laboratorium, sehingga membatasi kemampuan untuk melakukan penelitian yang bertujuan untuk memberantas penyakit tersebut sepenuhnya. Namun, dengan metode yang dikembangkan oleh para peneliti Universitas Lincoln, ancaman penyakit zebra chip telah berkurang secara drastis, sehingga petani kentang kembali yakin akan masa depan mereka.
Perang melawan Hama Tomat Kentang dan penyakit zebra chip menyoroti pentingnya teknik pengelolaan hama yang inovatif. Dengan menggabungkan penggunaan pestisida yang tepat sasaran, agen pengendalian hayati, dan pencegah baru seperti kalsium, para peneliti Universitas Lincoln telah membantu menyelamatkan industri kentang Canterbury. Seiring dengan penyempurnaan dan penerapan metode ini, para petani dapat mengharapkan hasil panen yang lebih sehat, lebih sedikit masukan kimia, dan masa depan yang lebih berkelanjutan bagi industri kentang Selandia Baru.